Halaqah 20 Silsilah Belajar Tauhid Riya

 Halaqah 20 Silsilah Belajar Tauhid
Riya

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين

Halaqah yang ke-20 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Riyā”.

🔖 Riyā’ adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari Allāh, akan tetapi ingin dilihat oleh manusia dan dipuji.
📌 Riyā’ hukumnya HARAM dan dia termasuk syirik kecil yang samar, yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
📌 Riyā’ adalah di antara sebab tidak diterimanya amal ibadah seseorang, bagaimanapun besar amalan tersebut.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺃَﻧَﺎ ﺃَﻏْﻨَﻰ ﺍﻟﺸُّﺮَﻛَﺎﺀِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙِ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻼً ﺃَﺷْﺮَﻙَ ﻓِﻴﻪِ ﻣَﻌِﻲ ﻏَﻴْﺮِﻱ ﺗَﺮَﻛْﺘُﻪُ ﻭَﺷِﺮْﻛَﻪُ

“Allāh berfirman: ‘Aku adalah Zat yang paling tidak butuh dengan syirik. Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan dia menyekutukan Aku bersama yang lain di dalam amalan tersebut maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyirikannya’.” (HR Muslim)

Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk diampuni Allāh, artinya dia harus diadzab supaya bersih dari dosa riyā’ tersebut.

Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allāh, yang

🔹 Kalau Allāh menghendaki maka akan diampuni langsung. Dan,
🔹 Kalau Allāh menghendaki maka akan diadzab terlebih dahulu.

Mereka berdalil dengan keumuman ayat :

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ﻳُﺸْﺮَﻙَ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ

“Sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendaki.” (QS An Nisā: 48)

Tahukah kita siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan mereka ❓

Mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam tapi mereka justru adalah orang-orang yang beramal shalih, Mereka adalah orang yang :

1⃣ Mengajarkan Al Qurān supaya dikatakan sebagai seorang qāri, seorang yang suka membaca, seorang yang mahir membaca.
2⃣ Orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan.
3⃣ Berjihad supaya dikatakan sebagai seorang pemberani.

⇒ ❎ Mereka beramal bukan karena Allāh.

Sebagaimana hal ini dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam hadits yang shahih.

Oleh karena itu, saudara sekalian, ikhlash-lah di dalam beramal.. Dan ikhlash adalah barang yang sangat berharga. Para salaf kitapun merasa atau merasakan beratnya memperbaiki hati mereka.

Hanya kepada Allāh kita meminta keikhlashan di dalam beramal, menjauhkan kita dari riyā’, sum’ah, dan ‘ujub dan berbagai penyakit hati.

Dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal kita, kecuali kalau memang ada mashlahat yang lebih kuat.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-20 ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
وبالله التوفيق والهداية
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy

Related Posts:

Halaqah 19 Silsilah Belajar Tauhid Bersumpah Dengan Selain Nama Allah

 Halaqah 19 Silsilah Belajar Tauhid
Bersumpah Dengan Selain Nama Allah

Halaqah yang ke-19 dari Silsilah Belajar Tauhid kita kali ini adalah tentang “Bersumpah Dengan Selain Nama Allāh”.

Kaum Muslimīn yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan, baik oleh orang yang berbicara maupun yang diajak bicara.

Kalau (dalam) bahasa ‘Arab maka menggunakan:

🌷 Huruf wawu (وَ)
🌷 Huruf ba (بَ)
🌷 Huruf ta (تَ)

Adapun Bahasa Indonesia dengan menggunakan kata “Demi”.

Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allāh semata, misalnya mengatakan:

✅ Wallāhi
✅ Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi
✅ Demi Zat yang jiwaku berada di tanganNya
✅ Dan lain-lain.

Adapun makhluq, bagaimanapun agungnya di mata manusia maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya, misalnya dengan mengatakan:

❌ Demi Rasūlullāh
❌ Demi Ka’bah
❌ Demi Jibrīl
❌ Demi langit & bumi
❌ Demi bulan & bintang
❌ Dan lain-lain.

Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluq yang terlarang.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allāh maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (HR Abū Dāwūd, Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albāni rahimahullāh)

Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.

Namun bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan sumpah dengan makhluq disertai pengagungan seperti kalau dia mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, yaitu pengagungan ibadah.

Seperti sumpah yang di lakukan oleh orang-orang musyrik dengan mengatakan:

❌ Demi Wisnu
❌ Demi Dewa Fulan
❌ Demi Lāta
❌ Dan lain-lain.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-19 ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

وبالله التوفيق والهداية
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Saudaramu,

‘Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

Related Posts:

Halaqah 18 Silsilah Belajar Tauhid Meramal Nasib Dengan Bintang

 Halaqah 18 Silsilah Belajar Tauhid
Meramal Nasib Dengan Bintang

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين

Halaqah yang ke-18 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Meramal Nasib Dengan Bintang”.

⭐ Bintang adalah makhluk yang menunjukkan kebesaran Allāh Penciptanya. Allāh telah mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwa bintang ini memiliki 3 faidah :

1️⃣ Sebagai perhiasan langit.
2️⃣ Sebagai pelempar syaithān.
3️⃣ Sebagai petunjuk manusia, seperti :

✅ Mengetahui arah utara atau selatan
✅ Mengetahui arah daerah, arah kiblat
✅ Mengetahui kapan datangnya musim menanam, musim hujan dan lain-lain.

💚 Allāh tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di atas.

Seorang salaf, Qatādah Bin Di’āmah As-Sadūsi, seorang ulama yang meninggal kurang lebih pada tahun 110 H.

Beliau menjelaskan bahwa :

“Barang siapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain, selain 3 hal di atas maka dia telah bersalah dan berbicara tanpa ilmu.” Ucapan ini dikeluarkan Al-Imām Al-Bukhāri di dalam Shahih beliau.

❌ Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit dan tenggelamnya bintang atau berkumpul dan berpisahnya beberapa bintang berpengaruh kepada keberuntungan seseorang di masa yang akan datang, baik dalam masalah rejeki, jodoh dan lain-lain.

❌ Sebagaimana kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah, membaca dan mempercayai hal seperti itu adalah perbuatan haram dan termasuk DOSA BESAR.

🔖 Sebagian ulama mengatakan hukumnya sama seperti orang yang mendatangi dukun dan bertanya kepadanya. Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.

🔖 Hendaknya kita semua takut kepada Allāh.Dan janganlah sekali-kali mencoba membaca kolom-kolom tersebut. Dan jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita. Kita tutup segala pintu yang bisa merusak ‘aqidah kita dan keluarga kita.

🔖 Karena ‘aqidah merupakan modal kita memasuki surganya Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dengan selamat.

Inilah halaqah yang ke-18 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy

Related Posts:

Halaqah 17 Silsilah Belajar Tauhid At-Tathoyyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu)

 Halaqah 17 Silsilah Belajar Tauhid
At-Tathoyyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين

Halaqah yang ke-17 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang At-Tathoyyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu).

💥 At-Tathoyyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu, seperti melihat tabrakan, atau orang berkelahi, atau yang semisalnya, kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya seperti bepergian, berdagang dan lain-lain.
💥 At-Tathoyyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut di ikuti. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ 

“Barangsiapa yang At-Tathoyyur menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syeikh Al Albâni rahimahullâh)

💥 Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal ini dinafikan dan di ingkari oleh Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

 …وَلاَ طِيَرَةَ… 

“… tidak ada thiyarah …” (HR.Al Bukhâri dan Muslim)

💥 Maksudnya thiyarah ini adalah sebuah perasaan saja, yang tidak akan berpengaruh terhadap takdir Allah.

💥 Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh mengikuti was-was setan ini dan hendaknya dia memiliki keyakinan kuat bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan dan keburukan adalah dengan takdir Allah semata, Seorang Mukmin hendaknya yakin bahwa tidak mendatangkan kebaikan kecuali Allah dan tidak melindungi dari keburukan kecuali Allah, hanya bertawakkal kepada Allah semata, dan berbaik sangka hanya kepada Allah.

💥 Apabila datang perasaan tersebut maka segera dihilangkan dengan tawakkal dan tetaplah dia melaksanakan hajatnya. Dan apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allah semata.

💥 Adapun Tafâ’ul maka diperbolehkan dalam agama kita. Tafâ’ul adalah berbaik sangka kepada Allah karena melihat atau mendengar sesuatu.

💥 Dahulu Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam sering bertafâ’ul, seperti ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah, utusan Quraisy saat itu bernama Suhail. Suhail adalah bentuk tashgîr (pengecilan) dari sahl yang artinya adalah mudah, maka beliaupun berbaik sangka kepada Allah bahwa perjanjian ini akan membawa kemudahan dan kebaikan bagi ummat Islam. Maka benarlah persangkaan beliau.  Allah setelah itu, yaitu setelah perjanjian Hudaibiyyah membuka pintu-pintu kemudahan bagi umat islam.

و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy

Related Posts:

Halaqah 16 Silsilah Belajar Tauhid Perdukunan

 Halaqah 16 Silsilah Belajar Tauhid
Perdukunan

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Halaqah yang ke-16 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang Perdukunan.

🎭 Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, seperti :

  • ❌ Mengetahui barang yang hilang dan pencurinya
  • ❌ Mengetahui ramalan nasib
  • ❌ Dan lain-lain.

🎭 Dia mengaku mengetahui hal-hal tersebut dengan cara-cara tertentu seperti dengan :

  • ❌ Melihat bintang
  • ❌ Menggaris di tanah
  • ❌ Melihat air di mangkok
  • ❌ Dan lain-lain.

➡️ Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.

🔰 Saudaraku sekalian, ketahuilah bahwa perdukunan dengan namanya yang bermacam-macam adalah perkara yang diharamkan di dalam agama Islam.

🔰 Ilmu ghaib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin yang mereka mintai bantuan.

🔰 Sedangkan cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai seorang yang meminta bantuan jin dan juga syaithān.

🕶️ Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia dan menyeret mereka bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan keturunannya tidak akan membantu sang dukun kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allāh.

🚦 Oleh karena itu para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini. Adapun harta yang dia dapatkan dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.

⛱️ Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar maka sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam hadits yang shahih, bahwa para jin bekerjasama untuk mencuri kabar dari langit.

⛱️ Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan kepada yang di bawahnya dan seterusnya, sehingga sampai ke telinga dukun.

⛱️ Terkadang Jin itu terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar yang ia dengar, Dan terkadang sempat menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang. Kabar sedikit yang sampai ini akan ditambah-tambahi oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang banyak. Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan alat mencari pembenaran dan kepercayaan dari manusia.

⛔⛔ Orang Islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta bantuan kepada Dukun tersebut, bagaimanapun susahnya keadaan dia.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang dia ucapkan, maka dia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.” (HR Abū Dāwūd, at-Tirmidzi, Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh).

Di dalam hadits lain Beliau sallallahu alaihi wasallam mengatakan:

 مَنْ أتى عَرَّافًا فَسَأَلهُ عَنْ شَئٍ لم تقْبَل لَهُ صَلاةُ أربعينَ ليلةً

 “Barangsiapa mendatangi dukun kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidak diterima darinya shalat selama 40 hari.” (HR Muslim)

✅ Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai mengeluarkan seseorang dari Islam, namun kedua hadits di atas cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang mendatangi dukun.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’ālā menjadikan kita merasa cukup dengan yang halal dan menjauhkan kita dari yang haram.

Itulah halaqah yang ke-16 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.

و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين.

Saudaramu,
‘Abdullāh Roy

Related Posts: