بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين
Halaqah yang ke-20 dari Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid adalah tentang “Riyā”.
Riyā’ adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari Allāh, akan tetapi ingin dilihat oleh manusia dan dipuji.
Riyā’ hukumnya HARAM dan dia termasuk syirik kecil yang samar, yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam.
Riyā’ adalah di antara sebab tidak diterimanya amal ibadah seseorang, bagaimanapun besar amalan tersebut.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺃَﻧَﺎ ﺃَﻏْﻨَﻰ ﺍﻟﺸُّﺮَﻛَﺎﺀِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺸِّﺮْﻙِ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻼً ﺃَﺷْﺮَﻙَ ﻓِﻴﻪِ ﻣَﻌِﻲ ﻏَﻴْﺮِﻱ ﺗَﺮَﻛْﺘُﻪُ ﻭَﺷِﺮْﻛَﻪُ
“Allāh berfirman: ‘Aku adalah Zat yang paling tidak butuh dengan syirik. Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan dia menyekutukan Aku bersama yang lain di dalam amalan tersebut maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyirikannya’.” (HR Muslim)
Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk diampuni Allāh, artinya dia harus diadzab supaya bersih dari dosa riyā’ tersebut.
Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allāh, yang
Kalau Allāh menghendaki maka akan diampuni langsung. Dan,
Kalau Allāh menghendaki maka akan diadzab terlebih dahulu.
Mereka berdalil dengan keumuman ayat :
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ﻳُﺸْﺮَﻙَ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ
“Sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendaki.” (QS An Nisā: 48)
Tahukah kita siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan mereka
Mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam tapi mereka justru adalah orang-orang yang beramal shalih, Mereka adalah orang yang :
Mengajarkan Al Qurān supaya dikatakan sebagai seorang qāri, seorang yang suka membaca, seorang yang mahir membaca.
Orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan.
Berjihad supaya dikatakan sebagai seorang pemberani.
⇒ Mereka beramal bukan karena Allāh.
Sebagaimana hal ini dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam hadits yang shahih.
Oleh karena itu, saudara sekalian, ikhlash-lah di dalam beramal.. Dan ikhlash adalah barang yang sangat berharga. Para salaf kitapun merasa atau merasakan beratnya memperbaiki hati mereka.
Hanya kepada Allāh kita meminta keikhlashan di dalam beramal, menjauhkan kita dari riyā’, sum’ah, dan ‘ujub dan berbagai penyakit hati.
Dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal kita, kecuali kalau memang ada mashlahat yang lebih kuat.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-20 ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
وبالله التوفيق والهداية
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Saudaramu,
‘Abdullāh Roy